doxapest.co.id – Pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, dua tokoh politik besar di Indonesia, selalu menjadi perhatian publik. Meski keduanya pernah berada dalam posisi yang sama sebagai kandidat calon presiden, hubungan antara mereka jauh dari harmonis. Bahkan, meski keduanya berada dalam pemerintahan yang sama pada periode tertentu, seperti saat Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan di kabinet Joko Widodo (Jokowi), mereka sulit untuk melakukan pertemuan atau menjalin komunikasi yang lebih dekat. Lalu, apa yang menyebabkan Megawati dan Prabowo sulit untuk bertemu?
Sejarah Politik yang Kompleks
Salah satu faktor utama yang menyebabkan hubungan antara Megawati dan Prabowo sulit terjalin dengan baik adalah sejarah politik mereka yang cukup kompleks. Pada Pemilu 2004, Prabowo yang saat itu merupakan mantan perwira tinggi TNI, mencalonkan diri sebagai calon presiden, namun kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono. Di sisi lain, Megawati Soekarnoputri, yang juga merupakan presiden perempuan pertama Indonesia, harus menerima kekalahan tersebut dan menyerahkan jabatannya. Kekalahan tersebut menyisakan ketegangan di antara keduanya, yang memperburuk hubungan politik yang ada. Apalagi, dalam sejarah politik Indonesia, Prabowo dikenal sebagai menantu dari Presiden Soeharto, yang memiliki hubungan erat dengan Megawati karena merupakan putri dari Presiden Soekarno. Ketegangan antara keluarga Soeharto dan Soekarno dalam sejarah Indonesia turut memperburuk hubungan personal dan politik antara Megawati dan Prabowo.
Perbedaan Pandangan Politik
Perbedaan pandangan politik yang mendalam juga menjadi alasan utama mengapa Megawati dan Prabowo sulit bertemu. Megawati, sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan ideologi nasionalisme dan demokrasi, serta memperkuat posisi Partai Nasionalis. Keduanya memiliki visi dan misi politik yang berbeda, yang sering kali bertabrakan dalam berbagai isu nasional. Megawati lebih condong pada pendekatan politik yang lebih moderat, sementara Prabowo cenderung lebih keras dalam beberapa kebijakan. Perbedaan ini membuat komunikasi antara keduanya sulit, terlebih dalam hal menyatukan pandangan tentang arah politik Indonesia.
Dinamika Koalisi dan Ambisi Pribadi
Selain itu, dinamika koalisi politik juga memainkan peran penting dalam ketegangan ini. Pada beberapa kesempatan, terutama dalam pemilu, Prabowo dan Megawati pernah terlibat dalam persaingan yang sangat ketat. Pada Pilpres 2014, Prabowo yang maju bersama Hatta Rajasa kalah dari pasangan Jokowi-JK, yang didukung oleh Megawati dan PDIP. Meskipun Megawati dan Prabowo kemudian bergabung dalam pemerintahan Jokowi, hubungan keduanya tidak sepenuhnya mulus. Terlebih lagi, ambisi pribadi yang ada dalam politik sering kali memperburuk hubungan antar tokoh politik, termasuk antara Megawati dan Prabowo.
Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, sulitnya Megawati dan Prabowo untuk bertemu atau menjalin komunikasi yang lebih erat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sejarah politik yang penuh ketegangan, perbedaan pandangan ideologis, serta dinamika politik yang melibatkan ambisi pribadi.