Kabar duka datang dari Thailand setelah dilaporkannya kematian pertama akibat antraks sejak tahun 1994. Insiden ini terjadi di Provinsi Bueng Kan, wilayah timur laut yang berbatasan dengan Laos. Kejadian ini langsung memicu respon cepat dari otoritas kesehatan nasional untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Kronologi Kematian dan Tindakan Awal
Korban, seorang pria dewasa, diduga terpapar antraks setelah mengonsumsi daging hewan ternak yang terinfeksi. Beberapa hari setelahnya, korban mengalami gejala seperti demam, infeksi kulit, dan akhirnya kondisi kritis yang tak tertolong. Kementerian Kesehatan Thailand segera mengirim tim ke wilayah tersebut untuk melakukan investigasi mendalam.
Sebagai langkah darurat, otoritas kesehatan menghentikan sementara distribusi daging di kawasan itu dan menguji hewan ternak yang ada. Masyarakat juga diminta melaporkan hewan sakit dan menghindari mengonsumsi daging dari sumber yang tidak aman.
Antraks, Penyakit Lama yang Berbahaya
Antraks merupakan infeksi bakteri akut yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Bakteri ini membentuk spora yang sangat tahan lama dan bisa hidup di tanah selama bertahun-tahun. Hewan ternak menjadi inang umum bagi spora ini, dan manusia bisa tertular melalui kontak langsung, konsumsi daging, atau menghirup spora.
Gejala antraks tergantung pada jalur penularannya. Pada kulit, muncul luka berwarna hitam dan bengkak. Jika masuk melalui pernapasan atau pencernaan, gejalanya bisa lebih parah dan cepat memburuk.
Respons Pemerintah dan Edukasi Warga
Pemerintah Thailand segera menggalakkan vaksinasi darurat pada ternak, serta melakukan edukasi kepada warga sekitar terkait gejala dan pencegahan antraks. Salah satu pesan utama adalah pentingnya tidak memotong atau mengonsumsi hewan yang mati mendadak tanpa diagnosa.
Selain itu, pemerintah mendorong pelaporan dini untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas, serta memperketat pengawasan terhadap pasar daging lokal.
Pelajaran dari Kasus Ini
Meski kasus antraks sangat jarang di zaman modern, kejadian ini membuktikan bahwa penyakit zoonosis tetap berisiko muncul, terutama di daerah dengan interaksi manusia dan hewan ternak yang tinggi. Edukasi, sistem pengawasan yang baik, dan respons cepat menjadi kunci mengatasi masalah ini.
Negara-negara dengan populasi peternak tinggi seperti Thailand harus tetap waspada dan terus melakukan vaksinasi rutin pada hewan ternak, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit menular dari hewan.
Kesimpulan
Kematian akibat antraks di Thailand setelah hampir tiga dekade menjadi pengingat penting tentang potensi penyakit lama yang bisa kembali muncul. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam deteksi dini, pencegahan, dan penanganan penyakit zoonosis agar tidak menimbulkan korban lebih banyak di masa depan.