Murid SD Disanksi Belajar di Lantai: Sebuah Sorotan Terhadap Praktik Pendidikan

Murid SD Disanksi Belajar di Lantai: Sebuah Sorotan Terhadap Praktik Pendidikan

doxapest.co.id – Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Setiap aspek yang berhubungan dengan proses pendidikan harus mampu mendukung perkembangan fisik, mental, dan emosional mereka. Namun, baru-baru ini, sebuah peristiwa di sebuah sekolah dasar (SD) mengundang perhatian publik. Beberapa murid dikabarkan mendapat sanksi berupa pembelajaran di lantai. Tindakan ini memicu perdebatan mengenai etika pendidikan dan bagaimana seharusnya seorang pendidik memberikan pembelajaran yang baik dan benar.

Kejadian yang Menghebohkan

Peristiwa ini terjadi di salah satu SD yang terletak di daerah perkotaan. Beberapa murid yang diduga tidak disiplin atau melanggar aturan sekolah, diminta untuk duduk di lantai selama kegiatan belajar berlangsung. Tindakan ini dilakukan oleh salah seorang guru yang merasa bahwa cara tersebut akan memberikan efek jera kepada para siswa. Namun, keputusan ini memicu reaksi beragam dari masyarakat, termasuk orang tua dan pihak berwenang.

Respons dari Masyarakat

Berita tentang sanksi ini dengan cepat menyebar di media sosial dan menuai berbagai komentar dari netizen. Banyak yang mengkritik tindakan tersebut sebagai bentuk penyiksaan psikologis terhadap anak-anak. Menurut beberapa pakar pendidikan, menghukum anak dengan cara seperti ini bisa memengaruhi harga diri dan perkembangan sosial mereka. Anak-anak pada usia sekolah dasar sedang dalam fase yang sangat rentan dalam pembentukan karakter, sehingga memberikan hukuman yang tidak tepat bisa berbahaya.

Namun, ada juga sebagian pihak yang berpendapat bahwa guru berhak memberikan hukuman untuk mendidik murid agar lebih disiplin dan menghargai aturan. Mereka berargumen bahwa pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga mengenai pembentukan karakter dan disiplin.

Pandangan Psikologi Anak

Dalam psikologi pendidikan, cara mendidik yang digunakan oleh pendidik harus memperhatikan perkembangan emosional dan mental anak. Hukuman yang berhubungan dengan fisik, terutama yang melibatkan rasa malu atau rasa sakit emosional, dapat berisiko menyebabkan trauma jangka panjang. Menurut para ahli psikologi, sanksi seperti ini dapat mengurangi rasa percaya diri anak dan membuat mereka merasa tidak dihargai. Sebagai alternatif, pendekatan yang lebih positif, seperti memberikan konsekuensi logis atau berbicara dengan anak secara terbuka tentang kesalahan mereka, lebih disarankan.

Pendidikan yang Berbasis Empati

Pendidikan seharusnya mengedepankan nilai-nilai empati, saling pengertian, dan kedekatan emosional antara guru dan siswa. Pendekatan berbasis empati lebih menekankan pada komunikasi yang baik, pemahaman terhadap kondisi siswa, serta pendekatan yang lebih personal dalam mengatasi masalah. Ketika seorang siswa melakukan kesalahan, sangat penting bagi guru untuk menjelaskan dengan cara yang tidak merendahkan martabat siswa. Hukuman yang keras atau mempermalukan siswa justru dapat merusak hubungan antara guru dan murid, serta menghambat proses pembelajaran itu sendiri.

Alternatif Pendekatan yang Positif

Sebagai alternatif untuk memberikan sanksi, para pendidik dapat menggunakan metode yang lebih konstruktif dan berbasis pembelajaran. Misalnya, ketika seorang siswa tidak mengikuti aturan, guru dapat memberikan tugas tambahan atau meminta siswa tersebut untuk menjelaskan alasan di balik pelanggaran yang mereka lakukan. Hal ini tidak hanya mengajarkan disiplin, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.

Kesimpulan

Sanksi berupa meminta murid untuk belajar di lantai jelas memunculkan banyak pertanyaan tentang cara yang tepat untuk mendidik anak-anak. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, sekolah harus memastikan bahwa semua tindakan yang diambil untuk mendisiplinkan siswa dilakukan dengan cara yang bijak, mendidik, dan tidak merendahkan martabat mereka. Pendidikan harus selalu berfokus pada pembentukan karakter yang positif dan mendukung perkembangan holistik anak. Sebagai masyarakat, kita juga perlu mendukung terciptanya sistem pendidikan yang lebih manusiawi dan penuh empati bagi generasi penerus bangsa.