Dalam sebuah hubungan, sikap toxic tidak selalu datang dari pasangan. Tanpa disadari, bisa saja justru kita sendiri yang menunjukkan perilaku tersebut. Sikap toxic bukan hanya soal kekerasan atau kata-kata kasar. Ia bisa hadir dalam bentuk yang lebih halus, seperti sikap terlalu mengatur, mengabaikan, atau bahkan membebani pasangan dengan rasa bersalah.
Bersikap toxic bukan berarti kamu adalah orang jahat. Bisa jadi kamu hanya belum menyadari dampak dari tindakan-tindakan tertentu terhadap pasangan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini agar hubungan tetap sehat dan saling mendukung.
Berikut ini adalah enam red flag yang perlu kamu perhatikan.
1. Selalu Ingin Mengendalikan Pasangan
Jika kamu merasa harus mengetahui setiap aktivitas pasangan, mengatur siapa yang boleh dia temui, atau mengharuskan dia melapor setiap saat, itu adalah tanda kontrol yang berlebihan. Hubungan seharusnya berdasarkan kepercayaan, bukan pengawasan.
Keinginan untuk mengontrol bukanlah bentuk kasih sayang, melainkan bentuk ketakutan dan kecemasan yang berlebihan. Ini akan membuat pasangan merasa tidak bebas dan tertekan.
2. Cemburu Berlebihan dan Tidak Rasional
Cemburu memang wajar dalam hubungan, tapi ketika kamu mulai curiga tanpa alasan, sering memeriksa ponsel pasangan, atau merasa tersinggung karena dia punya teman lawan jenis, itu sudah tidak sehat.
Cemburu berlebihan bisa menimbulkan konflik berkepanjangan dan rasa tidak nyaman bagi pasangan. Perlahan-lahan, ini bisa menghancurkan kepercayaan yang telah dibangun bersama.
3. Memberikan Silent Treatment
Ketika marah atau kecewa, diam seribu bahasa mungkin terasa seperti cara yang aman untuk menghindari pertengkaran. Namun jika kamu sering menggunakan silent treatment, ini bisa menjadi bentuk manipulasi emosional.
Daripada menyelesaikan masalah, sikap diam justru membuat pasangan merasa diabaikan dan bingung. Komunikasi yang sehat seharusnya menjadi kunci, bukan malah ditutup dengan kebisuan.
4. Mengkritik dan Meremehkan Pasangan
Apakah kamu sering menyampaikan kritik tanpa empati? Atau terbiasa menggunakan candaan yang sebenarnya menyakitkan? Jika ya, mungkin tanpa sadar kamu telah membuat pasangan merasa rendah diri.
Kritik yang tidak disampaikan dengan bijak bisa menjadi racun dalam hubungan. Bahkan komentar kecil yang meremehkan bisa meninggalkan luka yang dalam.
5. Enggan Mengakui Kesalahan
Jika kamu selalu mencari alasan agar tidak disalahkan, bahkan ketika jelas kamu yang keliru, ini merupakan tanda kurangnya tanggung jawab emosional. Dalam hubungan yang sehat, meminta maaf bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kedewasaan.
Ketidakmauan untuk mengakui kesalahan hanya akan memperlebar jarak antara kamu dan pasangan, serta menimbulkan rasa frustrasi.
6. Memanipulasi dengan Rasa Bersalah
Sering kali, seseorang membuat pasangannya merasa bersalah demi mendapat simpati atau untuk menghindari konfrontasi. Kalimat seperti “Kamu nggak sayang aku ya?” atau “Aku jadi sedih gara-gara kamu” bisa membuat pasangan merasa bersalah, padahal belum tentu dia melakukan kesalahan.
Perilaku seperti ini akan menciptakan hubungan yang tidak seimbang secara emosional, di mana salah satu pihak selalu merasa berada di bawah tekanan.
Saatnya Introspeksi dan Berbenah
Salah satu ciri orang dewasa yang sehat secara emosional adalah kemampuannya untuk melihat ke dalam diri sendiri. Jika kamu merasa beberapa poin di atas menggambarkan dirimu, jangan takut atau merasa gagal. Sebaliknya, gunakan ini sebagai momen untuk memperbaiki diri.
Bersikap terbuka pada masukan dari pasangan, belajar mengelola emosi, dan memperkuat komunikasi bisa menjadi awal yang baik. Jika perlu, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan terapis atau konselor untuk membantu memahami akar masalahnya.
Kesimpulan
Setiap orang memiliki sisi gelapnya masing-masing, dan menjadi toxic bukanlah vonis seumur hidup. Yang terpenting adalah kesadaran untuk berubah dan membangun hubungan yang sehat. Dengan mengenali red flag dalam diri sendiri, kamu telah melakukan langkah besar untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan saling menghargai.