Lumenus.id – Serangan udara menggunakan drone kembali mengguncang Sudan, kali ini menargetkan wilayah strategis Port Sudan yang terletak di tepi Laut Merah. Ledakan keras terdengar pada dini hari waktu setempat dan menyebabkan kerusakan signifikan di kawasan pelabuhan. Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di Sudan sejak konflik bersenjata pecah antara militer dan kelompok paramiliter pada 2023 lalu.
Serangan Mendadak di Tengah Krisis Panjang
Ledakan yang terdengar dari arah pelabuhan memicu kepanikan warga yang selama ini menganggap Port Sudan sebagai zona aman dari konflik. Pelabuhan ini telah menjadi pusat administratif sementara bagi pemerintah Sudan setelah Khartoum dilanda pertempuran hebat dan jatuh ke tangan milisi.
Saksi mata melaporkan bahwa suara drone terdengar beberapa menit sebelum ledakan, diikuti dentuman dahsyat yang mengguncang kawasan pelabuhan dan menghancurkan beberapa kontainer serta bangunan di sekitarnya. Sementara belum ada laporan korban jiwa, lima orang dilaporkan mengalami luka-luka, termasuk dua pekerja pelabuhan.
Belum Ada Pihak Bertanggung Jawab
Meski belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab, kecurigaan langsung mengarah kepada kelompok paramiliter atau milisi bersenjata yang terlibat dalam konflik. Port Sudan memiliki nilai strategis tinggi karena menjadi pusat logistik dan pelabuhan internasional terakhir yang masih beroperasi di Sudan.
Analis pertahanan menyebut serangan ini sebagai upaya melemahkan posisi pemerintahan de facto dan mengganggu distribusi bantuan internasional yang masuk melalui pelabuhan tersebut. Selain itu, penguasaan Port Sudan dapat memberikan keunggulan dalam logistik militer dan diplomatik.
Reaksi Pemerintah dan Internasional
Pemerintah Sudan langsung bereaksi dengan menyebut serangan ini sebagai aksi teroris yang berbahaya dan menegaskan bahwa pengamanan akan ditingkatkan secara besar-besaran. Militer juga mengumumkan status siaga penuh dan pengerahan sistem pertahanan udara di wilayah pesisir timur.
Komunitas internasional, termasuk PBB, Liga Arab, dan Uni Afrika, mengecam insiden tersebut dan menyerukan penghentian kekerasan di Sudan. Beberapa negara seperti Mesir dan Arab Saudi juga menyatakan keprihatinan karena serangan itu terjadi di kawasan Laut Merah, yang penting bagi jalur perdagangan global.
Dampak Serangan terhadap Kegiatan Pelabuhan
Port Sudan merupakan pintu utama masuknya pasokan bantuan kemanusiaan, bahan bakar, dan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Sudan. Serangan ini membuat seluruh aktivitas pelabuhan dihentikan sementara. Beberapa kapal yang dijadwalkan bersandar ditunda keberangkatannya, dan arus logistik tersendat.
Lembaga kemanusiaan internasional melaporkan bahwa mereka harus menunda distribusi bantuan ke wilayah pedalaman Sudan akibat insiden ini. Situasi tersebut dapat memperburuk krisis kemanusiaan yang telah menimpa jutaan warga Sudan yang mengandalkan pengiriman logistik dari Port Sudan.
Ancaman Baru: Perang Drone di Sudan?
Penggunaan drone bersenjata dalam konflik Sudan menunjukkan bahwa perang telah memasuki fase baru yang lebih kompleks. Teknologi murah namun mematikan ini mulai digunakan lebih luas, bahkan di negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki infrastruktur militer canggih. Hal ini memperbesar risiko serangan jarak jauh di wilayah yang semula dianggap aman.
Menurut pakar keamanan regional, penggunaan drone oleh kelompok non-negara di Afrika menjadi tren yang harus diwaspadai. Selain berbahaya secara fisik, serangan drone juga bersifat simbolik—menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman dalam konflik modern.
Penutup
Serangan drone di Port Sudan menjadi sinyal jelas bahwa konflik di negara itu telah menyebar dan makin sulit dikendalikan. Pelabuhan yang sebelumnya menjadi tempat terakhir untuk bertahan kini juga berada di bawah ancaman langsung. Situasi ini menuntut perhatian serius dari komunitas internasional dan penyelesaian diplomatik segera, sebelum Sudan benar-benar terjerumus ke dalam jurang kehancuran total.
4o