Jakarta adalah kota yang di jadikan pusat perekonomian nasional. Banyak di Jakarta terdapat Gedung-gedung tinggi berdiri di atas tanah DKI Jakarta. Banyak bangunan yang berdiri di antaranya di jadikan sebagai perkantoran, tempat hunian, tempat rekreasi dan sebagainya.
Kali ini saya akan membahas tentang bangunan yang ada di Jakarta yang menjulang tinggi yaitu yang sering di sebut apartemen. Kondisi penjualan apartemen di Jakarta masih belum memiliki titik terang semenjak wabah covid-19 menghantui masyarakat Indonesia bahkan dunia. Daya beli masyarakat di sektor Properti masih belum sebanyak pada saat sebelum virus covid-19 menyebar.
Menurut perkataan dari Ferry Salanto yang mengatakan “masalah daya beli dan faktor sentimen negatif masih menghantui penjualan apartemen di pasar Indonesia”. Menurutnya sentimen tersebut antara lain adalah karena yield dari hasil pembelian apartemen masih belum terlalu besar, dan pasar sewanya masih belum hidup.
Beliau juga mengatakan, untuk saat ini tingkat penjualan dan sewa apartemen di Jakarta di kelas menengah-bawah dinilai masih relatif lebih baik dari pada tingkat penjualan apartemen pada kelas menengah-atas.
Pada data yang benar-benar valid yang di hasilkan berdasarkan data colliers menemukan fakta bahwa ke depanya akan masuk 64.660 unit apartemen yang akan berdiri di daerah Jakarta dengan kondisi baru (mengikat 33% dari total apartemen yang ada saat ini).
Kemudian beliau juga mengungkapkan, harga rata-rata apartemen di Jakarta masih belum ada pergerakan yang signifikan sejak tahun 2017 akhir. Fakta lain mengatakan harga apartemen pada periode 2011-2015 bisa meningkat sampai 20% per tahunya. Namun, setelah akhir periode tahun 2015 turun di bawah 10% per tahunya.
Dari sini kebijakan harus di tekankan dan dapat berfokus pada peningkatan dan selalu menjaga daya beli kalangan pekerja agar pemerintah melakukan peningkatan upah yang mereka terima agar tidak selalu tergerus dengan tingkat inflasi (peningkatan harga-harga) pada waktu bersamaan.
Pada Senin (25/6), Kepala BPS Kecuk Suhariyanto Jakarta. Menyatakan bahwa upah nominal harian untuk buruh bangunan pada Mei 2018 naik menjadi 0,14% dibandingkan dengan upah April 2018, yaitu dari Rp85.983 yang naik menjadi Rp86.104 per hari. sedangkan upah riil yang di terima karyawan mengalami penurunan sebesar 0,07%.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa upah nominal buruh atau pekerja adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan selama seharian tersebut.
Sedangkan pada upah riil adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga di daerah Jakarta.
Dengan demikian, bila upah riil buruh bangunan mengalami penurunan pada nominalnya, maka dapat dikatakan kenaikan upah nominal yang mereka terima ternyata masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sehari-hari mereka.
Masih berdasarkan data dan fakta BPS, untuk upah nominal harian buruh tani nasional pada Mei 2018 naik menjadi 0,36% dibandingkan upah buruh tani April 2018 lalu, yaitu dari Rp51.864 naik menjadi Rp52.052 / harinya, sedangkan upah riil buruh tani meningkat 0,17%.
Ini yang menjadikan penurunan daya beli pada penjualan apartemen di Jakarta karena upah yang di hasilkan tidak sebanding dengan pengeluaran di setiap harinya. Namun jangan khawatir jika Anda masih menginginkan untuk bisa tinggal di apartemen Anda bisa sewa apartemen di Jakarta dengan harga yang rendah, dengan begitu Anda bisa mengatur perekonomian yang Anda dapat setiap harinya.